Pada zaman yang modern seperti saat ini, terdapat berbagai macam pilihan untuk melakukan transaksi keuangan atau pembayaran. Hal itu dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi yang dapat membuat transaksi dilakukan secara lebih mudah dan praktis.
Terlebih lagi generasi saat ini atau yang biasa disebut anak zaman now sangat ‘melek’ dengan perkembangan teknologi dan sangat mengikuti tren yang ada. Dapat dikatakan seperti itu karena generasi saat ini merupakan generasi yang menggunakan transksi non tunai terbesar selama satu dekade ini
Apakah Anda pernah mendengar istilah berbelanja tanpa uang?
Dalam hal ini bukan berarti benar-benar tidak menggunakan uang sebagai alat tukar, tapi membayar melalui media digital secara non tunai.
Berbelanja tanpa uang menjadi tren di era yang serba digitalisasi ini. Dikarenakan hampir semua aktivitas masyarakat beralih ke dunia digital tak terkecuali dalam hal berekonomi.
Dari sinilah muncul sebuah komunitas yaitu Cashless Society.
Cashless Society, orang-orang yang lebih sering menggunakan pembayaran elektronik sebagai instrumen kegiatan ekonominya khususnya dalam bertransaksi. Hal ini terjadi karena perkembangan industri Financial Technology (Fintech) melalui digital payment.
Pembayaran dengan sistem digital payment ini dinilai memudahkan dan terjamin keamanannya oleh pemilik sistem pembayaran tsb.
Di cina ada 2 pemain besar dalam sistem ini, yaitu: Alipay milik Alibaba dan Wechat Pay milik Tencent. Mereka gak Cuma bermain di pasar cina tapi sudah mulai menjajaki Pasar luar seperti India,Malasyia, dan Indonesia.
Di Indonesia kini mulai bermunculan sistem pembayaran digital atau biasa disebut e-money. Seperti Gopay, LinkAja, OVO, Dana, dan masih banyak lagi.
Menurut data dari World Bank pada Global Financial Inclusion Database 2015 baru 35,9% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Itu artinya orang Indonesia lebih suka menyimpan uang mereka sendiri dari pada menitipkan ke Lembaga Keuangan seperti bank dan koperasi.
Dikutip dari situs Kominfo, Menurut Menteri Rudiantara di tengah perkembangan teknologi yang demikian pesat, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang lebih memilih melakukan pembayaran dengan menggunakan uang tunai.
Dengan layanan ini, masyarakat bisa melakukan transaksi untuk berbagai keperluan dengan saldo yang ada pada e-wallet atau dompet elektronik.
Misalnya untuk belanja online, pembayaran transportasi online, beli pulsa, bayar pintu tol, membeli makanan, bayar parkir, hingga membayar tagihan dari berbagai layanan.
Karena kemudahannya, digital payment saat ini menjadi pilihan yang digunakan masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran. Akan tetapi, ini bukan menjadi faktor utama. Selain kemudahan tersebut, ternyata ada hal lain yang mendorong minat masyarakat untuk menggunakan sistem digital payment.
Selain faktor diatas, pembayaran digital banyak juga memberikan penawaran berupa diskon atau cashback, undian berhadiah, hingga bonus yang diberikan oleh penyedia layanan pembayaran digital.
Keuntungan lainnya yakni jauh lebih cepat dan aman karena kita tidak perlu lagi membawa uang cash atau tunai dalam jumlah banyak. Dimana hal itu dapat memicu tindakan kriminal seperti pencopetan/pemalakan yang marak terjadi.
E-wallet atau dompet elektronik hadir dengan sistem yang sudah terkoneksi dengan internet sehingga sangat memudahkan konsumen dalam melakukan pembayaran tanpa harus menggunakan mesin ATM atau mobile banking.
Lalu ada dampak yang ditimbulkan dari penggunaan E-wallet yang semakin berkembang?
Dampak dari penggunaan E-wallet terbagi menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya yaitu dapat meningkatkan investasi perusahaan dan output nasional rill. Selain itu juga dapat menghemat waktu seserorang untuk melakukan transaksi.
Konsumsi masyarakat juga akan semakin meningkat karena adanya penawaran atau potongan harga yang selalu ditawarkan dalam aplikasi E-wallet.
Untuk dampak negatif dari penggunaan E-wallet yaitu permintaan uang di masyarakat akan menurun, dan akan menurunkan tingkat suku bunga di pasar uang.
Untuk itu, sebagai masyarakat yang bijak dalam menghadapi kemajuan tekonologi kita boleh saja menggunakan E-wallet sebagai pengganti uang tunai, tetapi kita harus juga tahu batasan penggunaan E-wallet untuk menghindari sikap konsumtif.
Kita harus bisa mengatur keuangan atau pengeluaran sesuai dengan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.